Kamis, 19 November 2009

"APAKAH MUHAMMADIYAH ITU?" (Dipetik dari www.sdmuhsapen.sch.id)

Muhammadiyah adalah suatu persyarikatan yang merupakan "Gerakan Islam".
Maksud gerakannya ialah "da'wah Islam dan amar ma'ruf nahi munkar", yang ditujukan pada dua bidang: perseorangan dan masyarakat.
Da'wah dan amar ma'ruf nahi munkar pada bidang pertama terbagi pada dua golongan, yakni:
1. kepada yang telah Islam bersifat pembaharuan (tajdid), yaitu mengembalikan kepada ajaran-ajaran yang asli-murni.
2. kepada yang belum Islam merupakan seruan dan ajakan untuk memeluk ajaran Islam.
Adapun da'wah Islam dan amar ma'ruf nahi munkar bidang kedua adalah kepada masyarakat, bersifat bimbingan, ajakan,dan peringatan.

Kesemuanya itu dilaksanakan bersama dengan musyawarah atas dasar taqwa dan mengharap keridlaan Allah semata-mata. Dengan melaksanakan da'wah Islam amar ma'ruf nahi munkar dengan caranya masing-masing yang sesuai, Muhammaddiyah menggerakkan masyarakat menuju tujuannya, ialah "Menjunjung tinggi dan menegakkan agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya..

Dasar Perjuangan Muhammadiyah
Dalam perjuangan melaksanakan usahanya menuju terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai Allah SWT, yang dicerminkan oleh kesejahteraan, kebaikan dan kebahagiaan yang luas dan merata, Muhammadiyah mendasarkan segala gerak amal usahanya atas prinsip yang tersimpul dalam muqaddimah Anggaran Dasar, yaitu:
1. Hidup manusia harus berdasar tauhid, ibadah dan taat kepada Allah.
2. Hidup manusia bermasyarakat.
3. Mematuhi ajaran-ajaran agama Islam dengan keyakinan bahwa Islam itu satu-satunya landasan dan ketertiban untuk kebahagiaan dunia akherat.
4. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dalam masyarakat adalah kewajiban sebagai ibadah kepada Allah dan ikhsan kepada manusia.
5. "Ittiba" kepada langkah perjuangan Nabi Muhammad SAW.
6. Melancarkan amal usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi.

Pedoman Perjuangan Muhammadiyah
Menilik dasar prinsip tersebut di atas, maka apapun yang diusahakan dan bagaimanapun cara perjuangan Muhammadiyah untuk mencapai tujuan tunggalnya, harus berpedoman pada:
"Berpegang teguh akan ajaran Allah dan Rasulnya, bergerak membangun di segala bidang dan lapangan dengan menggunakan cara serta menempuh jalan yang diridhai Allah subhanahu Wata'ala."

Sifat Muhammadiyah
Muhammadiyah memiliki dan wajib memelihara sifat-sifatnya, terutama:
1.Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan.
2.Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah Islamiyah.
3.Lapang dada, luas pandangan, dengan memegang teguh ajaran Islam.
4.Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan.
5.Mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan serta dasar dan falsafah negara yang sah.
6.Amar ma'ruf nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh teladan sesuai dengan ajaran Islam.
7.Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud ishlah dan pembangunan sesuai dengan ajaran Islam.
8.Bekerjasama dengan golongan Islam manapun dalam usaha menyiarkan dan mengamalkan agama Islam serta membela kepentingan-nya.
9.Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam memelihara dan membangun Negara untuk mencapai masyarakat yang adli dan makmur yang diridhai Allah.
10.Bersifat adil serta korektif ke dalam dan ke luar dengan bijaksana.
Wallahu a'lam bishshawab.

MEMAHAMI "KHARAKTER"

Bangsa Indonesia boleh bangga dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Tetapi seolah sia-sia kekayaan tersebut jika tidak dibarengi dengan kesiapan sumber daya manusia (sdm) yang memadai. Ketika kita membicarakan sdm, tentu tidak cukup dengan kuantitas, karena jumlah yang banyak justru menjadi beban jika tidak diimbangi dengan kulitas sdm yang juga memadai. Berbicara kulaitas sdm bangsa Indonesia, kita mesti prihatin. Kualitas sdm bangsa kita masih di bawah sdm negara-negara tetangga antara lain Singapura dan Malaysia. Untuk meningkatkan kualitas sdm, maka pendidikan lah sektor yang paling bertanggung jawab.
Dalam kualitas sdm dua unsur ini tidak dapat diabaikan, pertama adalah kualitas kecerdasan dan yang kedua adalah kualitas kepribadian (Character). Betapapun hebatnya kecerdasan seseorang jika berkepribadian buruk -baca: jahat, maka kerusakanlah yang akan terjadi. Bahkan tidak terlalu salah jika ada yang berpendapat lebih baik tidak terlalu cerdas -baca: pintar, asalkan berkepribadian baik. Tetapi tidaklah terlalu penting untuk memperdebatkan mana yang lebih penting antara pintar atau cerdas dengan berkepribadian baik. Bukankah "tidak apa cerdas asal berkepribadian mulia????".
Sistim pendidikan di Indonesia hingga saat ini masih berorientasi pada aspek kecerdasan atau kepintaran un sich. Masalah kepribadian menjadi prioritas kedua. Sehingga lumrah jika sampai saat ini problem mendasar kita adalah degradasi moralitas bangsa. Mulai dari tawuran antar kampung, pergaulan bebas antara laki dan perempuan (hasil survei menyebutkan 62 % remaja kita sudah pernah melakukan sex bebas), hingga KKN yang konon sudah menggurita di seluruh negeri. Dari penjelasan ini tidak salah jika kita menyimpulkan bangsa ini susah maju jika persoalan kepribadian tidak diselesaikan dahulu.
Dr.Ratna Mega Wangi pernah menyebutkan 13 pilar kepribadian yang harus dimiliki oleh seseorang, sepuluh di antaranya adalah kualitas karakter seseorang.
(1) jujur dan dapat diandalkan,
(2) bisa dipercaya dan tepat waktu,
(3) bisa menyesuaikan diri dengan orang lain,
(4) bisa bekerja sama derigan atasan,
(5) bisa menerima dan menjalankan kewajiban,
(6) mempunyai motivasi kuat untuk terus belajar dan meningkatkan kualitas diri,
(7) berpikir bahwa dirinya berharga,
(8) bisa berkomunikasi dan mendengarkan secara efektif,
(9) bisa bekerja mandiri dengan kontrol terbatas,
(10) dapat menyelesaikan masalah pribadi dan profesinya.
Sedang, tiga faktor yang terakhir yang berkaitan dengan IQ,
(11) mempunyai kemampuan dasar (kecerdasan),
(12) bisa membaca dengan pemahaman memadai,
(13) mengerti dasar-dasar matematika (berhitung).
Namun jika kita mau jujur, agamalah diantara media yang sangat efektif guna menginternalisasikan secara kuat nilai-nilai kharakter tersebut pada diri seseorang. kepribadian bukan fungsi dari hal-hal yang bersifat bendawi (baca: duniawi). Sekalipun kita tidak menutup mata pada realitas kaum agamawan yang justru berkaharakter buruk. Melihat hal demikian ada beberapa hipotesa, mungkin saja bad charakter dalam diri agamawan itu kasuistik. Bisa juga, metode keberagamaan yang kurang tepat. Yang jelas semua agama menjunjung tinggi moralitas. Islam sendiri diiturunkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. Muhammadiyah sebagai pergerakan dakwah memiliki metode yang khas dalam memahami Islam, begitu juga NU dan ormas keagamaan yang lain. Yang khas dari metode keberagamaan Muhammadiyah adalah keberagaamaan moderat (tengah-tengah) atau tidak ekstrim, dan berkemajuan. Sekolah-sekolah Muhammadiyah mestinya menyadari persis akan posisinya sebagai amal usaha Muhammadiyah, yang harus berfungsi sebagai kepanjangan tangan Muhammadiyah. Yakni menghasilakn manusia-manusia yang moderat dan berkemajuan.....bersambung insya Allah.