Senin, 06 Desember 2010

MENGAMBIL HIKMAH DARI KURBAN NABI IBRAHIM


Banyak hikmah yang dapat kita ambil dari Hari Raya Qurban pada 10 Dzulhijjah 1431 H yang baru lalu. Diantaranya adalah ketaatan total Nabi Ibrahim as. terhadap perintah Allah untuk menyembelih putra tunggalnya. Pertanyaan kita kemudian adalah mengapa ya Nabi Ibrahim sanggup melaksanakan perintah Allah yang sangat berat itu dengan keikhlasan yang tulus?

Dari sejarah Nabi Ibrahim kita bisa memahami siapa sebenarnya Nabi Ibrahim. Ibrahim adalah seorang anak tukang pembuat patung yang bernama Azar. Walaupun ia seorang anak pembuat patung sesembahan masyarakat sekitarnya, namun tidak otomatis ia menjadi penyembah patung. Bahkan Ibrahim tumbuh menjadi seorang anak-remaja yang kritis terhadap kekeliruan masyarakat lingkungannya. Ibrahim bukan seorang penyembah pqatung tetapi remaja yang menghancurkan patung sesembhan masyarakatnya.

Ibrahim yakin bahwa Tuhan sesembahan manausia tentu bukan Tuhan yang dibikin manusia itu sendiri. Tuhan mestinya Sang pencipta alam semesta, bumi, bulan, bintang-bintang dan matahari. Tuhan itulah Allah SWT, Yang Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Maha Mendengar, Maha Benar, Maha Sempurna. Tuhan yang jauh dari khilaf, salah, dan kelemahan. Karena keyakinaannya terhadap ke-Esaan Allah itulah Ibrahim menjadi Imam almuwahidin (pemimpin orang-orang yang bertauhid).

Dengan tindakannya memberantas kemusyrikan kaumnya itulah, Ibrahim berhadapan dengan pengadilan "Sang Raja Namrud yang lalim. Akibatnya, Ibrahim dijatuhi hukuman bakar hidup-hidup. Ibrahim pun menjalani hukumaan itu dengan ikhlas. Dan akhirnya Allah berikan pertolongan sehingga Ibrahim selamat dari kematiaan itu.

Dari riwayat singkat itu, kita memahami setidaknya dua hal; pertama, Ibrahim adalah seorang yang memiliki keimanan yang sangat kuat. Dengan keimanannya itu, dalam jiwa Nabi Ibrahim tumbuh kharakter-kharakter mulia. Kharakter-kharakter itu diantaranya adalah : Pertama ,Ikhlas dalam melaksanakan dan membela kebenaran yang diperintahkan Allah Tuhannya. Kedua, sikap menyerahkan diri terhadap Allah secara total. Tidak ada sedikitpun alasan untuk membantah, manghindari, atau menawar perintah Allah, karena perintah Allah adalah benar adanya. Walaupun untuk melaksanakan perintah itu harus mengorbankan dirinya. Ketiga, sikap tawakal yang sempurna. Ibrahim juga mewakili jiwa yang pasrah secara sempurna terhadap Allah. Tiada ketergantungan kepada apapun dan siapapun kecuali hanya kepada Allah.Permasalahannya, sudah berapa kali kita rayakan Idul Qurban, seberapa jauh hikmah Idul Adha kita miliki?????

Terima kasih atas kepercayaan masyarakat kepada SD Muh PK Pracimantoro untuk melaksanakan ibadah kurbannya, dan atas segala sumbangannya, terutama Bapak Ir. Rudi Hermanto, Bogor . Dengan iringan do’a semoga menjadi ibadah yang diterima Allah SWT. Amin.