Selasa, 05 Juli 2011

MENYIKAPI HASIL BELAJAR (RAPORT)


Pada tanggal 18 Juni lalu, semua siswa mendapatkan laporan prestasi mereka berupa buku RAPORT. Menyikapi hasil belajar itu, keluar berbagai ekspresi. ada siswa yang sujud syukur karena senang karena mendapat nilai baik. sebaliknya ada menangis tersedu karena nilainyaa buruk, bahkan ada yang tidak naik. Begaimana sikap yang tepat?
Rapor memang mengalami perluasan makna. rapor seolah memuat semua hasil pendidikan selama satu semester. Padahal, pendidikan adalah proses semakin memanusiakan manusia. Sedang manusia memiliki banyak dimensi yang harus dikembangkan, mulai dari hati-spiritual-perasaan-emosi, pikiran-intelektual, hingga jasmani-fisikal. jadi hasil pendidikan mestinya memuat ketiga dimensi manusia tersebut.
bagaimana dengan Raport? apakah ia memuat prestasi siswa dalam hal mengasah spiritual, emosi, sosial, hingga fisikal? angka yang ada di dalam raport sangat tidak memadai untuk mencakup berbagai dimensi prestasi manausia tersebut.
Dalam kenyataan hidup, banyak anak yang nilainya bagus ternyata tingakt keberhasilan hidupnya di bawah anak yang nilainya kurang bagus. Banyak anak nilainya bagus tapi kuraang mandiri, masih enakut, gagal dalam berteman dan sebaginya. Karena itu, perlu kiranya kita sadari bahwa nilai rapor bukan segalanya.
Sekalipun demikian, bukan berarti rapor tidak penting. raport adalah memuat sebagian dari prestasi anak terutama dalam bidang intelektualitas. perlu disadari rapor yang sebenarnya ada pada watak dan kepribadian siswa. Mungkin segera harus dicai formaat rapor yang lebih mewakili akan prestasi siswa. apalagi ketika kita memaknai pendidikan sebagai pembentukan karakter.

Tidak ada komentar: