Kamis, 19 Maret 2009

Pendidikan dan Orang Tua

Pendidikan dalam pandangan kami setidaknya harus fokus pada dua hal. Pertama, pengembangan karakter, kedua, pengembangan kecerdasan siswa. Dengan demikian, selain menempa fisik dan pikir, juga penting menempa mental dan moral bagi individu-individu, sehingga mereka menjadi manusia yang berbudaya. Pada giliran berikutnya manusia yang berbudaya diharapkan mampu memenuhi tugasnya sebagai manusia yang diciptakan Allah Tuhan Semesta Alam sebagai makhluk yang sempurna dan terpilih sebagai khalifahNya di muka bumi ini yang sekaligus menjadi warga negara yang berarti dan bermanfaat bagi suatu negara.

Guna memenuhi fungsi tersebut, pendidikan harus berperan bukan hanya merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan saja dan teknologi, tetapi lebih luas lagi sebagai pembudayaan (enkulturisasi) yang tentu saja hal terpenting dan pembudayaan itu adalah pembentukan karakter dan watak (nation and character building), yang pada gilirannya sangat krusial bagi nation building atau dalam bahasa lebih populer menuju rekonstruksi negara dan bangsa yang lebih maju dan beradab.

Cerdas yang sesungguhnya bersifat majemuk, mulai dari kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, spasial, kinestetik, intrapersonal, interpersonal, musical, linguistic dan sebagainya. Namun sayang masyarakat sekitar kita pada umumnya, bahkan lembaga-lembaga pendidikan masih berfokus pada kecerdasan intelektual saja. Akibatnya, terjadi distorsi dalam perkembangan kecerdasan individu peserta didik. Distorsi ini tentu berpengaruh terhadap sikap dan prilaku mereka kelak dalam kehidupan nyata. Pendidikan yang berfokus pada pengembangan kecerdasan majemuk harus dirancang sedemikian rupa sehingga seluruh sistem di dalam unit pendidikan saling bersinergi mengembangkan berbagai macam kecerdasan tersebut, mulai dari materi ajard an prasarananya, sampai pendekatan pengajaran yang digunakannya.

Sedangkan pendidikan karakter melalui sekolah, tidak semata-mata pembelajaran pengetahuan semata, tetapi lebih dari itu, yaitu penanaman moral, nilai-nilai etika, estetika, budi pekerti yang luhur dan lain sebagainya. Pemberian penghargaan (prizing) reward kepada yang berprestasi, dan hukuman (punishman) kepada yang melanggar, menumbuhsuburkan (cherising) nilai-nilai yang baik dan sebaliknya mengecam dan mencegah (discowaging) berlakunya nilai-nilai yang buruk. Selanjutnya menerapkan pendidikan berdasarkan karakter (characterbase education) dengan menerapkan ke dalam setiap pelajaran yang ada di samping mata pelajaran khusus untuk mendidik karakter, seperti; pelajaran Agama, Sejarah, Moral Pancasila dan sebagainya.

Sedangkan pendidikan karakter merupakan upaya yang harus melibatkan semua pihak baik rumah tangga dan keluarga, sekolah dan lingkungan sekolah, masyarakat luas. Oleh karena itu, perlu menyambung kembali hubungan dan educational networks yang mulai terputus tersebut. Pembentukan dan pendidikan karakter tersebut, tidak akan berhasil selama antar lingkungan pendidikan tidak ada kesinambungan dan keharmonisan.

Dengan demikian, rumah tangga dan keluarga sebagai lingkungan pembentukan dan pendidikan karakter pertama dan utama harus lebih diberdayakan. Sebagaimana disarankan Philips, keluarga hendaklah kembali menjadi school of love, sekolah untuk kasih sayang (Philips, 2000) atau tempat belajar yang penuh cinta sejati dan kasih sayang (keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warrahmah).

Di samping itu tidak kalah pentingnya pendidikan di masyarakat. Lingkungan masyarakat juga sangat mempengaruhi terhadap karakter dan watak seseorang. Lingkungan masyarakat luas sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan penanaman nilai-nilai etika, estetika untuk pembentukan karakter. Menurut Qurais Shihab (1996 ; 321), situasi kemasyarakatan dengan sistem nilai yang dianutnya, mempengaruhi sikap dan cara pandang masyarakat secara keseluruhan. Jika sistem nilai dan pandangan mereka terbatas pada kini dan di sini, maka upaya dan ambisinya terbatas pada hal yang sama.

Jika kita perhatikan pada dataran realitas baik keluarga maupun masyarakat, rasanya masih jauh panggang dari api. Betapa banyak keluarga khususnya kedua orang tua yang kurang atau tidak peduli dengan pendidikan anak-anak mereka. Berbagai alasan memang dikemukakan, baik karena alasan ekonomi, sosial (baca: sibuk bekerja), maupun karena minimnya bekal ilmu pengetahuan pada orang tua. Alasan terakhir ini berakibat fatal, dimana orang tua sadar akan pentingnya karakter mulia untuk anak-anak mereka, namun pendekatan yang mereka gunakan justru berakibat merusak perkembangan watak anak.

Persoalan yang tidak kalah penting adalah pengaruh media massa, baik elektronik maupun cetak. Jika kita cermati banyak sekali acara TV yang tidak kondusif untuk perkembangan kepribadian anak. Bahkan menurut salah satu lembaga lebih dari 90 % acara TV merusak mental anak.

Menyadari kenyataan yang memprihatinkan di atas, mestinya berbagai komponen masyarakat melakukan gerakan penyadaran dan pencerahan terhadap publik, sehingga terbentuk imunitas dalam masyarakat kita dari berbagai faktor perusak.

SD Muhammadiyah Program Khusus Pracimantoro memiliki visi BERKARAKTER DAN CERDAS, sejak awal menyadari betapa penting menyelamatkan generasi bangsa dari ancaman perusakan karakter tersebut di atas. Selain memiliki berbagai program yang built in dalam kurikulumnya, juga berusaha untuk secara rutin menyelenggarakan kegiatan penyadaran dan pencerahan terhadap masyarakat umum.

3 komentar:

Nisa Tirtana mengatakan...

Maju terus SD Muh. PK. Pracimantoro
Terdepan dalam Imtaq. Nomer satu dalam ilmu. selamat berjuang untuk para Ustadz dan ustadzah

Nisa Tirtana mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
mshidip_p mengatakan...

perlu sekali ada kegiatan atawa seminar apa gitu yang temanya seperti judul, hanya dan nya dihilangkan. jadi, temanya : pendidikan orang tua, atau bagaimana memberi pengertian pada orang tua tentang pengasuhan anak yang baik. kemarin itu asyik banget lho .... aku pengin tanya aja dah habis waktunya ...